Belajar Pembiasaan



A. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran merupakan rangkaian proses pendidikan. Setiap kegiatan pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar dan belajar.

Para psikolog menyepakati bahwa bentuk belajar yang paling sederhana adalah pembiasaan (conditioning), pembiasaan sebagai sebuah bentuk pembelajaran, yang telah diamati dalam organisme yang lebih rendah dari manusia, merupakan bentuk yang paling dasar dari proses belajar dari pada  pembelajaran konsep, berpikir dan pemecahan masalah. Dalam memahami pembiasaan membutuhkan asumsi dan prinsip yang lebih sedikit dibandingkan dengan fenomena yang lebih kompleks seperti memori, pembelajaran konsep dan berpikir. Sebaliknya pengaruhnya adalah dalam memahami pembelajaran manusia yang lebih kompleks membutuhkan penambahan prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam belajar tentang pembiasaan.



B. Pembiasaan dan Pembelajaran Manusia

Prinsip-prinsip dan konsep pengondisian ada dua. Pertama, pertimbangan terhadap pembiasaan manusia, bahwa pembiasaan manusia merupakan aspek penting dari berbagai studi tentang pembelajaran manusia. Kedua, karena manusia pantas dikembangkan ke dalam beberapa aspek pembelajaran manusia yang lebih kompleks.



C. Prosedur Dasar Pembiasaan

     1.  Classical Conditioning (Pengkondisian Klasik)

Classical Conditioning merupakan pengkondisian klasik yang mengacu pada satu set prosedur pelatihan di mana satu rangsangan yang datang untuk menggantikan yang lain dalam membangkitkan respons. Prosedur ini dikembangkan oleh Pavlov dalam sebuah laboratorium terhadap anjing yang diikat dalam kandangnya, kandang tersebut disediakan lubang kecil untuk mengecek air liur, sehingga dapat dikumpulkan dan dapat diamati. Eksperimen dilakukan tanpa dilihat oleh hewan dengan membunyikan garpu tala. Kemudian ditampilkan bubuk makanan kepada binatang itu. Dengan melihat makanan tersebut, secara otomatis binatang tersebut menanggapinya dengan air liurnya. Sedangkan suara garpu tala tidak mendapatkan respon oleh binatang tersebut.  Eksperimen ini dilakukan berulang-ulang, dan dengan adanya makanan tersebut, hewan tersebut selalu mengeluarkan air liurnya. Kemudian dibunyikan garpu, tanpa disuguhkan makanan dan anjing tetap mengeluarkan air liur.

Dengan demikian peristiwa yang pada awalnya netral, suara, diperoleh kapasitas untuk memperoleh tanggapan berdasarkan yang dipasangkan dengan makanan bubuk. Pavlov menyebutkan makanan sebagai stimulus yang tak terkondisi (Uncondotional Stimulus) atau UCS, bunyi garpu sebagai stimulus yang terkondisi (Condotional Stimulus) atau CS. Respon yang dikeluarkan berupa air liur saat disuguhkan makanan dinamakan sebagai respon yang tak terkondisi (Unconditional Response) atau CR, dan respon air liur yang dikeluarkan dengan hanya stimulus bunyi garpu sebagai respon terkondisi (Conditional Response) atau CR.

Eksperimen lain juga dilakukan dengan menyalakan lampu setiap kali ia memberikan makanan kepada anjing tersebut. Melihat makanan dan lampu dinyalakan, anjing tersebut selalu mengeluarkan air liur dalam pembuluh dan ini dapat diamati secara langsung. Setelah sering dilakukan dan diulangi, akhirnya anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur ketika lampu dihidupkan, walaupun tidak disuguhkan makanan.

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing tersebut menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

a.    Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

b.    Law of Respondent Extinction  yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

Di samping itu, kata atau simbol juga bisa digunakan dalam pengkondisian klasik. Ketika seorang siswa mengucapkan kata-kata kotor, secara spontan guru menanggapinya dengan ketidaksukaannya terhadap kata-kata kotor tersebut. Sehingga ketika kata-kata tersebut berulang-ulang diucapkan oleh siswa nya, maka respon guru tersebut selalu tidak suka dengan kata-kata tersebut. Selanjutnya ketika seorang siswa mengucapkan kata-kata tersebut secara spontan-pun, maka respon ketidaksukaan guru juga akan timbul secara spontan. Teori pembiasaan klasik ini juga diartikan sebagai sebuah prosedur penciptaan refleks. Artinya, apabila stimulus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat, stimulus tadi akan cepat atau lambat menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki, sesuai respons yang dipelajari itu sendiri.

     2.  Operant or Instrumental Conditioning (Pembiasaan Operant atau Instrumental)

Bentuk pembiasaan kedua yaitu pembiasaan operant atau instrumental atau disebut dengan pembelajaran instrumental. Bentuk pembiasaan instrumental atau operant ini berkaitan dengan tingkah laku yang didukung dengan penguatan. Lebih lanjut menurut Pavlov bahwa organisme relatif pasif. Sehingga eksperimennya yang  bisa memutuskan kapan harus melaksanakan rangsangan dan menunggu respons dari organisme.

Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer merupakan stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbul nya sejumlah respons tertentu, namun tidak di sengaja sebagai pasangan stimulus lain nya seperti classical conditioning.

Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama Skinner Box. Peti sangkar ini terdiri atas dua macam komponen pokok, yaitu maniulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Maniulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakan nya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang teruji, dan pengungkit.

Dalam eksperimen ini mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari ke sana ke mari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut emitted behavior atau tingkah laku yang terpancar, yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behavior (Seperti cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabilia diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan.

a.    Perbedaan Operant dan Instrumental Conditioning

Perbedaan pada dasarnya adalah prosedur satu yang terletak pada cara di mana eksperimen yang diberikan selama pelatihan. Pengkondisian instrumental mengacu pada situasi di mana terdapat pemisahan percobaan. Sebuah percobaan selesai, subjek akan dihapus dari piranti, dan percobaan lain dimulai. Dengan demikian, kontrol eksperimen urutan atau cobaan. Berbeda dengan percobaan terpisah memeriksa prosedur, subjek mungkin diperbolehkan untuk menanggapi secara bebas, mengendalikan atau mengatur tingkat sendiri merespons.

b.    Variasi pada Pembiasaan Instrumental atau Operant

Ada tiga variasi pada pembiasaan instrumental atau operant, yaitu cue present or not, reward or punishment, and respon produced or withheld (isyarat menyajikan atau bukan, penghargaan atau hukuman, dan respon memproduksi atau menahan). Pada model pertama menciptakan situasi yang mendatangkan diskriminasi, sehingga subjek akan berusahaa melakukan respon. Pada model kedua subjek di rangsang dengan adanya hadiah dan hukuman. Jika ia benar mendapatkan hadiah dan jika ia salah menerima hukuman. Sedangkan pada model ketiga, stimulus dilaksanakan dengan menghasilkan dan menahan respon. Jika respon di tahan maka subjek akan berusaha untuk tidak merespon.

c.    Pembiasaan Verbal Operant

Prosedur operant juga telah ditetapkan pada pembiasaan verbal. Sebagai contoh, di labor diaturlah manusia sebagai objek. Subjek diminta untuk melahirkan respon dengan kategori kata-kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata ganti dan si pelaku eksperimen dengan leluasa mengemukakan sesuatu kata dan subjek untuk menentukan satu di antara tiga kategori yang tepat. Terbukti bahwa subjek yang siap akan melakukan kondisi verbal lebih cepat.

Respon verbal dapat dikontrol dengan proses operant yang berimplikasi terhadap perilaku manusia, seperti perilaku verbal manusia memberikan penguatan terhadap suatu peristiwa.

     3.  Classical and Instrumental Conditioning Compared (Perbandingan Pengkondisian Klasik dan Instrumental)

         Perbandingan klasik dan instrumental (operant) menekankan pada antara kedua format terutama mengenai cara. Hal ini terlihat pada tabel berikut ini :


No

Perbandingan
Classical Conditioning
Instrumen Conditioning
1
Urutan Merespon Hadiah
UCS mendahului respons
Respon sebelum hadiah
2
Peranan Stimulus
Respon yang dihasilkan oleh stimulus yang khas
Tidak ada stimulus yang khas menghasilkan respons
3
Ciri-ciri respons
Respon di rangsang
Respon diungkapkan
4
Perubahan yang terlihat
Keefektifan stimulus netral sebelumnya terhadap pesona respons
Perubahan dalam frekuensi, kecepatan dan dorongan respons
5
Keterlibatan sistem saraf
Sering melibatkan sistem saraf otomatis
Sering melibatkan sistem kejiwaan
6
Yang dipelajari
Emosi, seperti rasa takut, sikap dan perasaan
Tingkah laku instrumental atau pencapaian tujuan



Tanggapan-hadiah yang sangat jelas mempunyai urutan berbeda dengan dua jenis pengondisian. Dalam pengondisian klasik yang UCS, yang dapat di anggap sebagai stimulus memperkuat, menghasilkan respons tertentu bunga Makanan Bubuk memunculkan air liur. Terlepas dari apakah rangsangan secara emosional menyenangkan atau tidak, mereka mendahului atau mendapatkan respons. Jadi kita lebih suka untuk mengidentifikasi UCS sebagai stimulus penguat, tentang apa yang akan kita katakan lagi nanti, dari pada menggunakan istilah imbalan (reward). Sebaliknya, respon harus diproduksi sebelum mendapatkan reward Pembiasaan Instrumental (atau operant). Hewan harus tekan bar untuk mendapatkan makanan; si anak harus mengatakan silakan sebelum memperoleh permen; mahasiswa harus menyelesaikan tugas sebelum diberi hadiah pun bentuk periode bebas.

Pembiasaan Klasikal mempunyai respon yang dihasilkan oleh pemisahan stimulus tertentu. Dalam Instrumental conditioning tidak ada stimulus spesifik diidentifikasi, oleh karena itu kita tidak bisa kita tidak dapat menyimpulkan bahwa rangsangan tertentu membangkitkan tanggapan. Banyak rangsangan mungkin ada dalam pengkondisian instrumental, tetapi tidak dapat dikatakan clicit respon langsung. Jadi, kadang-kadang respon dalam pengkondisian instrumental dikatakan tc akan dipancarkan, wheres the tanggapan dalam pengkondisian klasik dikatakan bc diperoleh oleh stimulus tertentu. Perubahan yang diamati pengkondisian klasik pada dasarnya bahwa stimulus substitusi. Sebuah stimulus netral sebelumnya, CS, memperoleh kemampuan untuk pengganti UCS. Dengan CS-UCS ulang pasangan, jawaban yang diperoleh oleh UCS menjadi elicitied oleh CS dengan meningkatnya kekuatan. Instrumental (atau instrumental) pengondisian apa yang diamati adalah khas perubahan frekuensi tanggapan yang dipancarkan, dalam kecepatan, atau dalam kekuatan.

Pembiasaan klasik khas melibatkan sistem saraf otomatis, sedangkan pengkondisian instrumental melibatkan sistem saraf somatik. Perbedaan ini tidak selalu sempurna karena kedua komponen sistem saraf tikar terlibat dalam situasi kondisi baik. Bahkan, salah satu aplikasi baru-baru ini prosedur pengondisian yang potensial penting medis mengenai penggunaan instrumental (instrumental) pengondisian untuk falicitate mengendalikan detak jantung dan tekanan darah, perilaku di bawah kendali utama sistem saraf otomatis.

Akhirnya, pengkondisian klasik biasanya melibatkan pembelajaran respons emosional seperti ketakutan dan harapan, dan belajar dari sikap, opinios, perasaan, dan harapan. Sebaliknya, persyaratan instrumental melibatkan tujuan instrumental diarahkan tanggapan.



D. Konsep Penguatan

Penguatan secara teoritis yang lebih alami dan mengacu pada umumnya untuk proses yang datang beberapa kecenderungan respons diperkuat, untuk mendiskusikan pengkondisian klasik dan instrumental bersama-sama dengan konsep, terutama untuk menggunakan konsep biasa reward dalam pengkondisian klasik.

1.  Positif dan Negatif reinforcer

Reinforcer adalah setiap peristiwa yang ketika terjadi dalam waktu dekat hubungannya dengan respon, meningkatkan kemungkinan bahwa respon akan berulang di masa depan. Kita tahu bahwa banyak peristiwa dapat berfungsi sebagai reinforcer. Jelas, makanan untuk organisme yang lapar dapat berfungsi sebagai reinforcer. Untuk beberapa individu pujian dapat berfungsi sebagai reinforcer, namun tidak semua individu terpengaruh oleh pujian. Guru sering menemukan bahwa pujian dapat bekerja untuk siswa kelas menengah, sedangkan mungkin tidak berfungsi untuk siswa kelas bawah yang mungkin sebenarnya kehilangan status di antara rekan-rekan mereka jika mereka menerima pujian guru. Sebuah peristiwa besar dapat berfungsi sebagai reinforcer. Namun kita tidak dapat selalu mengenali suatu peristiwa yang dapat memperkuat sebuah situasi belajar. Pada tingkat fungsional, bagaimana pun, kami dapat mengidentifikasi setiap peristiwa sebagai reinforcer jika bertindak seperti satu, yaitu, bahwa itu berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanggapan tertentu.

Dalam instrumental conditioning kita dapat membedakan antara positif dan negatif reinforcer; reinforcer positif adalah setiap peristiwa yang memperkuat respon ketika mereka disajikan. Jadi makanan, permen, pujian dan uang dikatakan positif jika reinforcer presentasii mereka cenderung mengikuti respon untuk memperkuat respons tersebut.

     2.  Memperkuat sekunder peristiwa

Reinforcer primer mengacu pada peristiwa-peristiwa seperti makanan dan air dan berkaitan erat dengan kebutuhan biologis organisme seperti rasa lapar, haus dan menghindari rasa sakit. Reinforcer sekunder merujuk kepada peristiwa-peristiwa yang berfungsi begitu karena belajar.

     3Tanggapan sebagai reinforcer

Peristiwa memperkuat juga dapat tanggapan, suatu titik ditekankan oleh David Premack. Pandangannya adalah bahwa organisme diperkuat oleh diizinkan untuk terlibat dalam perilaku yang mereka suka. Ketidaktahuan yang tepat adalah menyusun tanggapan kemungkinan tinggi sehingga mereka mengikuti kemungkinan tanggapan. Urutan sangat penting jika tanggapan probabilitas rendah harus diperkuat.

     4.  Jadwal penguatan

Tidaklah penting untuk memperkuat setiap tanggapan untuk belajar terjadi. Ketika penguatan diberikan les dari 100 persen dari waktu, prosedur ini disebut penguatan parsial. Ada berbagai cara untuk penjadwalan penguatan. Salah satu cara adalah dengan mengaturnya sehingga tanggapan pertama terjadi setelah selang waktu yang dirancang mengikuti penguatan terakhir, mengatakan satu menit, diperkuat. Hal ini disebut fixed-interval jadwal. Dalam jadwal ini laju instrumental menanggapi adalah rendah khas segera setelah penguatan, tapi kenaikan tingkat respons terjadi menjelang akhir selang waktu. Pengaturan lain adalah untuk memperkuat organisme untuk satu set jumlah tanggapan, mengatakan, satu penguatan untuk setiap lima tanggapan yang dipancarkan. Ini disebut tingkat bunga tetap jadwal. Pada umumnya, output dari respon sangat tinggi di bawah jadwal dan tingkat menanggapi adalah ralatiely stabil.

Jadwal dapat bervariasi maupun tetap. Dengan jadwal interval variabel pelajar diperkuat setelah selang waktu yang berbeda yang bervariasi dalam mode yang tidak teratur. Sebagai contoh, bantuan mungkin.



E.  Prinsip Dasar Pembiasaan

          Adapun prinsip dasar pembiasaan adalah sebagai berikut :

1.  Acquisition (Perolehan). Pada pembiasaan operant, respon yang memperoleh penguatan akan menguat secara berangsur-angsur dan sebaliknya. Perolehan CR tergantung pada variabel selain jumlah CS-UCS dan penguatan. Pembiasaan klasik kekuatan CR bergantung pada intensitas CS dan UCS, dengan pembiasaan yang lebih tepat maka stimulus meningkat.

2.  Extinction (Pemadaman). Pemadaman merupakan penurunan intensitas kekuatan respons dan semakin sering tidak terlihat sampai menghilang. Pada pembiasaan klasik pengulangan CS saja akan mengarahkan pada pengurangan kekuatan respon. Hal ini diilustrasikan perolehan dan pemahadaman CR. Pada percobaan yang mengurangi yang tidak memberikan penguatan, maka kekuatan CR semakin menurun. Sampai tidak ada sama sekali penguatan, maka kekuatan CR pun menjadi hilang sama sekali. Pada penguatan yang terjadi sebagian saja meningkat hambatan untuk pemadaman, prinsip ini sebagai pengaruh penguatan parsial.

3. Spontaneous Recovery (Pengembalian Spontan). Pengembalian spontan menunjukkan munculnya kembali respon yang telah mengalami pemadaman. Ini menunjukkan bahwa kecendrungan perilaku masih ada walaupun respons telah dihilangkan sebelumnya.

4.  Generalization (Generalisasi). Belajar pada satu situasi atau konteks bisa digeneralisasikan pada konteks atau situasi yang lain, namun yang situasinya mirip. Dengan demikian prinsip dasarnya adalah bahwa suatu respon yang dipelajari pada sutua stimulus dan ada stimulus lain yang mirip dengan itu, maka akan menghasilkan respon yang sama.

5. Discrimination (Pembedaan). Proses pembelajaran untuk memberikan respon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang mirip dinamakan dengan pembedaan stimulus. Proses ini merupakan bentuk dasar dari semua pembelajaran. Konsep pembiasaan dan pembedaan merupakan konsep belajar yang lebih kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembedaan stimulus antara lain, kemiripan, kekonsistenan dan dimensi kerelavansian. Semakin besar tingkat kemiripan semakin sulit orang membedakannya.

6. Differentiation (Perbedaan). Perbedaan adalah proses yang yang mirip dikuatkan secara berbeda. Dalam hal ini satu respons dikuatkan sementara respons yang lain dilemahkan. Proses perbedaan respons ini menegaskan bahwa respon bisa dibentuk atau lebih seksama dalam pembelajaran. Perbedaan respons seperti pada pembelajaran yang dilakukan berulang kali, yang mana kamu boleh gagal sebagai peringatan agar belajar secara teratur.



F.  Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiasaan

1. Conditioning Principles and Behaviour Therapy (Prinsip Pengaruh Keadaan dan Perilaku Therapy).

Pendekatan yang digunakan untuk prinsip pembiasaan diaplikasikan terhadap tingkah laku yang tidak terkendali atau menyimpang. Prinsip yang mendasari adalah bahwa perilaku yang tidak sehat diperoleh melalui pembiasaan. Sebagaimana tingkah laku yang benar diperoleh melalui pembiasaan, maka perilaku menyimpang pun tentunya diperoleh dari pembiasaan, yakni dari belajar.

Jadi, jika perilaku yang adaptif diharapkan sesuai dengan prinsip pembelajaran, maka sangat beralasan untuk mengatakan bahwa perilaku menyimpang juga dipelajari. Dengan arti kata perilaku tersebut menguat melalui penguatan yang berbeda. Jadi perilaku menyimpang dapat diasumsikan sebagai peristiwa yang dipelajari (learned events). Perubahan tingkah laku ini nantinya juga harus diupayakan dengan cara belajar.

2.   Some Techniques of Behaviour Therapy (Beberapa Teknik Perilaku Therapy)

          a.  Systematic Desentisization. Kegiatan ini mencakup tiga kegiatan, yaitu ; klien di-training dalam suasana yang santai, kemudian diberikan stimulus yang menghasilkan ketegangan, terakhir klien dibiarkan rileks sampai akhirnya konselor dan klien bekerjasama dengan langkah-langkah itu untuk mengembalikan kenyamanan klien.

          b.  Implosion Therapy. Teknik ini hampi sama dengan teknik di atas, namun pada teknik ini klien diminta untuk membayangkan sebab yang membuatnya takut. Seperti membayangkan binatang buas atau berbisa. Karena tidak ada hukuman nyata dihadapannya, maka rasa takut diasumsikan akan mungkin berkurang sampai akhirnya lenyap sama sekali. Kemudian konselor akan membantu pasien kembali rileks.

          c.  Eversion Therapy. Teknik ini dilakukan dengan membangkitkan rasa antipati pasian terhadap sesuatu yang menyebabkan perilakunya menyimpang. Misalnya pada peminum alkohol, diberikan rangsangan sehingga membuatnya muak. Jadi tujuannya untuk memberikan respon negatif terhadap alkohol.

3.  Conditioning Principles and Programmed Instruction (Prinsip Pengaruh Keadaan dan Instruksii yang diprogramkan)

Pemograman pengajaran adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran kepada siswa-siswi secara bertahap. Kepada mereka disajikan informasi-informasi dan ditanya untuk merespons suatu persoalan atau masalah. Langkah ini dinamakan bingkai. Pada frame ini terdapat komponen stimulus dimana informasi disajikan. Komponen respon dimana seorang siswa merespons dan komponen pengkonfirmasian yang mana kepada siswa diberikan umpan balik. Penyusunan program mengajar menggunakan prinsip dasar pembiasaan operant. Pertama, siswa harus aktif jika belajar ditujukan untuk sebuah penemuan. Kedua, respons harus diulang-ulang jika yang diinginkan adalah perubahan tingkah laku.

Pelajar dipimpin untuk memformat konsepnya menjadi jelas dan cakap untuk kerja penemuan. Belajar bukanlah mengungkapkan respon secara sederhana, tapi untuk merespons item-item yang ditulis secara hati-hati yang telah didesain untuk mengantrakan siswa pada pembelajaran konsep. Masing-masing siswa memiliki kecepatannya sendiri. Oleh karena itu di sini dianalogikan bahwa mereka akan diselesaikan tugasnya sesuai pembiasaan operantnya, sesuai laju masing-masing.

Fred Keller menyusun suatu perencanaan pengajaran secara perorangan. Alasannya untuk mengefektifkan pembelajaran, dengan ciri-ciri program pengajaran yang adanya respons yang aktif, mendapatkan umpan balik, proses mengikuti laju masing-masing dan lanjut materi berikutnya hanya setelah materi yang diprioritaskan benar-benar telah dikuasai.



G. Kesimpulan

Pembiasaan merupakan pola belajar yang sering dalam konteks manusia belajar. Pembiasaan tersebut mempunyai tiga bentuk, yaitu ; classical, instrumental atau operant. Bentuk-bentuk pembiasaan tersebut pada dasarnya telah dilakukan proses pembelajaran yang dilalui oleh pendidik dan proses pembelajaran yang dialami peserta didik. Sehingga dalam kajian ini, menganalisa segala kebiasaan tersebut untuk kepentingan proses pembelajaran dan pengembangan teori psikologi belajar.

Bentuk-bentuk pembiasaan tersebut juga dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pembiasaan, seperti; perolehan, pemadaman, pengembalian spontan, generalisasi, pembedaan dan perbedaan.


KEPUSTAKAAN



Henry C. Ellis, Fundamentals of Human Learning, Memory and Cognition, (1978)


Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : Logos, 1999

Oemar Hamalik,Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo : 2004
 

Comments

Popular posts from this blog

Tes Mengenal dan Memahami Diri Sendiri

Belajar Verbal

STRATEGI DAN INTERVENSI KONSELING