Pendidikan Klasik

Pendahuluan
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat) teori pendidikan, yaitu : (1) Pendidikan Klasik; (2) Pendidikan Pribadi; (3) Teknologi Pendidikan dan (4) Pendidikan Interaksional.

Pendidikan saat ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari modernisasi. Prinsip-prinsip modernisme seperti efisiensi dan produktivitas terlihat dalam praktek-praktek pendidikan. Setiap hari kita mendengar tentang iptek dan pembangunan, dan melupakan Humanisme. Dengan demikian, pendidikan hanyalah menjadi hamba, dan kehilangan fungsinya sebagai penuntun manusia. Pendidikan kita saat ini pendidikan modern, adalah sebuah alat yang dipakai untuk belajar bagaimana mempertahankan hidup di jaman ini. Pendidikan untuk menjawab kebutuhan jaman menjadi skill-oriented. Adakah yang salah dengan ini? Ya! Pendidikan telah mengkhianati tujuan asalnya, yaitu Mempersiapkan Manusia Untuk Menghadapi Tantangan Perubahan Di Masa Depan. Pendidikan bukan lagi menjadi penerang jalan bagi peradaban tetapi telah menjadi hamba untuk mempertahankan suatu jaman, suatu sistem status quo. Apakah yang bisa diharapkan dari pendidikan semacam ini? Kita semua hanya akan masuk ke jurang seperti sebuah juggernaut yang lepas kendali, meminjam istilah Giddens, tanpa ada yang mengingatkan. Pendidikan, sebagai hamba jaman ini, jaman kapitalis, telah diperbudak oleh pemilik jaman ini, yaitu pemilik kekuasaan alias pemilik modal. Pendidikan tidak menyiapkan kita bagaimana menjadi manusia, melainkan menjadi alat, menjadi sekedar sebuah “Sumber Daya Manusia”.
Perubahan besar hanya bisa dilakukan melalui perubahan paradigma. Hal yang sama berlaku pada pendidikan. Untuk bisa membuat sebuah pembaharuan pendidikan yang benar-benar bermakna bagi kemanusiaan, kita tidak bisa melakukannya sekedar dengan mengubah kurikulum, apalagi kalau hanya dengan sekedar mengganti buku pelajaran. Tanpa perubahan paradigma, kita hanyalah melakukan sebuah proyek tambal sulam, yang tidak bermakna apa-apa.

Pendidikan Klasik
Sebelum kita mengetahui tentang pendidikan klasik terlebih dahulu kita mengetahui (1) apa itu Pendidikan (2) apa itu Klasik, (3) serta mengetahui hakikat tentang Pendidikan Klasik tersebut.

Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang disengaja, terencana terpola, dan dapat dievaluasi, yang diberikan kepada peserta didik oleh pendidik agar tercapai kemampuan yang optimal dan hakikatnya pendidikan itu bukan membentuk manusia tetapi untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Oleh karena itu pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan mutlak yang dipenuhi sepanjangn hayat. Karena tanpa pendidikan, mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup masing-masing.

Klasik
Klasik adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan tempo dulu (jadul) atau masa yang telah dilewati dan belum berkembang di bidang ilmu pengetahuan teknologi atau yang lainnya.

Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, Proses Pendidikan klasik lebih menggunakan pemikiran-pemikiran dahulu atau dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini.
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran-aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi yang merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran pendidikan pada masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang. Yang memiliki varisi pendapat tentang pendidikan mulai dari yang pesimis hingga yang optimis.

Jenis - Jenis Pendidikan Klasik
Aliran Empirisme
Tokoh perintis Aliran Empirisme adalah seorang filsuf Inggris yang bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak yang lahir di dunia ini bagaikan kertas putih yang bersih dan lebih mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan sedangkan pembawaan tidak berlaku.
Aliran ini dipandang berat sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang anak sejak lahir dianggap tidak menentukan menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungann sekitarnya tidak mendukung. Karena keberhasilan itu disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan keras anak, yang berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada pada dirinya.

Aliran Nativisme
Istilah Nativisme berasal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak dan hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang yang sudah diperoleh sejak lahir.
Meskipun dalam sehari-hari ditemukan anak yang mirip oleh orangtuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orangtuanya, tetapi pembawaan itu bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi dan menentukan perkembangan.

Aliran Naturalisme
Aliran Naturalisme dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J Rousseau (1712-1778) yang berpendapat bahwa semua anak yang dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan aliran ini juga disebut negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib memberikan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah meyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.
Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut.
Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungan, anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.

Comments

Popular posts from this blog

Tes Mengenal dan Memahami Diri Sendiri

Belajar Verbal